Peristiwa G30S/PKI Tahun 1965 dan Dampak Peristiwa G30S/PKI – Ada satu pergolakan yang terjadi setelah kemerdekaan Indonesia yakni peristiwa pemberintakan PKI atau umum disebut dengan Gerakan 30 September/ PKI atau G30S/PKI.
Peristiwa G30S/PKI Tahun 1965 dan Dampak Peristiwa G30S/PKI
Pemberontakan PKI terjadi di masa pemerintahan Presiden Soekarno pada tahun 1965. Peristiwa G30SP/PKI adalah catatan kelam sejarah Indonesia yang menimbulkan banyak dampak yang bahkan masih dirasakan sampa sekarang.
Peristiwa G30S/PKI Tahun 1965
Partai Komunis Indonesia (PKI merupakan partai dengan haluan komunis paling besar ke tiga di seluruh dunia setelah Partai Komunis Uni Soviet dan Partai Komunis Cina. Anggota PKI pada tahun 1965 tercatat sebanyak 3,5 juta orang.
Sebanyak 3 juta anggota organisasi pemuda, 3,5 juta orang anggota serikat buruh, 9 juta anggota Barisan Tani Indonesia (BTI) serta anggota-anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), organisasi seniman dan pergerakan sarjana masuk ke dalam anggota PKI yang menjadikannya salah organisasi terbesar di dunia.
PKI menerbitkan koran Soera Rakjat dan harian Rakjat. Pengaruh PKI sangatlah besar dengan didukung banyak anak organisasi yang berkuasa di beberapa bidang. Pengaruh besar PKI tercermin dari kemenangannya dalam Pemilu 1995. PKI berada di posisi ke empat dan total suara 16% atau 2 juta pemilih.
Tujuan PKI belum diketahui dengan jelas mulanya, namun mulai nampak di awal 1963 yang diawali dengan pertemuan Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio dengan tokoh komunias Cina Zhou Enlai di mana Cina menawarkan 100 ribu senapan Chung.
Sesudah penawaran itu, PKI ingin supaya dibentuk angkatan ke lima yang terpisah dari ABRI. Hal ini tentu memunculkan perselisihan antara PKI dan ABRI. PKI memprovokasi pendukungnya pada 1963 untuk melawan polisi dan militer.
PKI pun menyuruh pada aktivis untuk menginfiltrasi polisi dan militer menggunakan slogan “Demi keamanan umum, bantu polisi”. Himbauan PKI juga berlaku untuk organisasi seni untuk membuat karya sebagai bentuk dukungan.
Suasana kian memanas pada 1964. Para petani secara tiba-tiba merampas tanah orang lain sebab hasutan PKI. Terjadi bentrokan antara petani dengan para pemilik tanah dan polisi. PKI dalam hal ini berusaha mengimitasi kaum komunis Bolshevik Rusia yang membuat masyarakat yang dipimpin Vladimir Lenin merampas barang-barang milik Tsar dan membagikannya untuk masyarakat.
Ideologi
Yang berpandangan bahwa petani berhak atas setiap tanah dan tidak mempedulikan para pemilik tanah tersebut dijadikan dasar. Kabar bohong bahwa Bung karno mengidap sakit keras dihembuskan ditahun itu. Pada 1965 suasana makin parah di mana para buruh menyita perusahaan-perusahaan minyak dan karet punya Amerika Serikat.
Para jenderal militer berpangkat tinggi masuk dalam kabinet serta memiliki jabatan setara menteri membuat PKI ikut menyusupi pemerintahan secara legal. Melalui kursi pemerintahan membuat isu bahwa angkatan bersenjata merupakan bagian revolusi demokratis rakyat.
Ini pun semakin mantap untuk mempersenjatai kaum buruh dan tani untuk menyaingi kaum militer. Ini juga melakukan nasakominasi ke dalam militer. Terjadi sebuah tragedi bandar Betsi pada Mei 1965 di mana PKI menjarah perkebunan karet milik PTPN IX serta menewaskan Letda Sudjono dengan cara dicangkul. Kaum agamis pun banyak dibunuh PKI.
PKI sangat terlihat ingin menguasai seluruh aspek kenegaraan terlebih dulu dengan melakukan manuver-manuver politik, fitnah, kebohongan, penggiringan opini sampai pembunuhan. Banyak tokoh dan masyarakat yang menjadi korban kekejian PKI di Indonesia bahkan tokoh-tokoh pergerakan dimasukkan ke dalam Lubang Buaya. Peristiwa itu tentu mengundang respon terutama dari kalangan militer dan agamis.
Dampak Peristiwa G30S/PKI 1965
Tragedi G30S/PKI 1965 di Indonesia menimbulkan sangat banyak dampak negatif dalam kehidupan sosial juga politik untuk masyarakat Indonesia. Berikut ini dampak-dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa G30S/PKI di berbagai bidang.
Dampak di Bidang Politik
Dampak peristiwa G30S/PKI di bidang politik antara lain :
- Hilangnya wibawa Presiden Soekarno di mata rakyat Indonesia
- Situasi politik Indonesia yang makin tidak stabil sebab adanya pertentangan dalam tubuh lembaga tinggi negara.
- Sikap pemerintah yang belum mampu mengambil keputusan untuk membubarkan PKI yang memancing kemarahan rakyat.
- Terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan rakyat dan mahasiswa yang bersatu dalam KAPPI, KAMI dan AKPI yang menuntut agar PKI dengan segala macam ormasnya dibubarkan. Ada tiga isi tuntutan tersebut yang dinamakan Tiga Tuntutan Rakyat atau Tritura yakni : Pembubaran PKI, Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI dan Penurunan harga-harga barang
- Pemerintah melakukan pembaharuan atau reshuffle pada Kabinet Dwikora sehingga menjadi Kabinet Dwikora yang disempurnakan dan ditujukan untuk kabinet yang beranggotakan 100 menteri atau Kabinet Seratus Mneteri. Kabinet yang terbentuk banyak mendapat pertentangan misalnya dari KAMI sebab tak sedikit menteri yang pro atau mendukung PKI sehingga massa melakukan aksi turun ke jalan serta mengempiskan ban-ban mobil para calon menteri yang hendak dilantik. Aksi tersebut memakan korban jiwa seorang mahasiswa Arif Rahman Hakim yang memicu terjadinya aksi demonstrasi yang lebih besar lagi oleh para mahasiswa Indonesia dan pemuda-pemuda di Jakarta serta daerah-daerah lain.
- Presiden Soekarno membubarkan KAMI pada 25 Februari 1966 sebab KAMI dinilai menjadi pemicu atas terjadinya aksi demonstrasi dan turun ke jalan yang dilakukan pemuda-pemuda dan mahasiswa Indonesia.
- Digelar sidang kabinet pada 11 Maret 1966 yang membahas kemelut politik nasional, namun sidang tidak dapat doselesaikan baik-baik sebab ada pasukan tak dikenal di luar gedung yang menyebabkan anggapan bahwa keselamatan Presiden Soekarno sedang dalam bahaya.
- Presiden Soekarno menerbitkan Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar pada 11 Maret 1966 yang berisi bahwa Presiden Soekarno memerintahkan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang menurutnya penting dan perlu dalam menjamin ketertiban dan keamanan penyelenggaraan pemerintahan dan berlangsungnya revolusi dan untuk menjamin keselamatan pribadi serta kewibawaan presiden.
Dampak di Bidang Ekonomi
Dampak yang muncul akibat peristiwa G30S/PKI dalam bidang ekonomi yakni menyebabkan inflasi tinggi diikuti kenaikan harga barang sebesar lebih dari 600% dalam satu tahun. Pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan ekonomi untuk mengatasi hal itu. Kebijakan ekonomi pemerintah yaitu :
- Pemerintah mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yakni Rp 1.000 menjadi Rp 100.
- Pemerintah menaikkan harga bahan bakar sebanyak 4 kali lipat yang berdampak pada kenaikan harga barang lain yang sulit dikendalikan.
Itulah penjelasan materi Peristiwa G30S/PKI Tahun 1965 dan Dampak Peristiwa G30S/PKI. Semoga penjelasan di atas bisa dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Terima kasih 🙂